HAJI, JIHAD DAN PENGORBANAN (Khutbah
Idul Adha)
Kamis, 12 Nopember 09
Kamis, 12 Nopember 09
Oleh:
Izzudin Karimi, Lc.
إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ الله كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ الله وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه و سلم وَشَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ. اللهم صَل عَلَى مُحَمدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلمْ.
الله أَكْبَرُ، الله أَكْبَرُ، الله أَكْبَرُ، ولله الْحَمْدُ. الله أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ لله كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَأَصِيْلاً.
Kaum Muslimin Jamaah Shalat Idul Adha Rahimakumullah
Hari ini kaum Muslimin beribadah kepada Allah dengan salah satu ibadah yang mulia, yaitu shalat Idhul Adha yang dilanjutkan dengan penyembelihan hewan-hewan kurban sebagai ungkapan syukur dan berbuat baik kepada kawan, sanak keluarga dan orang-orang yang membutuhkan. Hari ini adalah hari pamungkas dari sepuluh hari terbaik di bulan yang mulia ini. Sepuluh hari yang sarat dengan kebaikan. Kebaikan padanya bernilai utama di sisi Allah.
Dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhu, dia berkata : Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
Hari ini kaum Muslimin beribadah kepada Allah dengan salah satu ibadah yang mulia, yaitu shalat Idhul Adha yang dilanjutkan dengan penyembelihan hewan-hewan kurban sebagai ungkapan syukur dan berbuat baik kepada kawan, sanak keluarga dan orang-orang yang membutuhkan. Hari ini adalah hari pamungkas dari sepuluh hari terbaik di bulan yang mulia ini. Sepuluh hari yang sarat dengan kebaikan. Kebaikan padanya bernilai utama di sisi Allah.
Dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhu, dia berkata : Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
مَا الْعَمَلُ فِي أَيَّامٍ أَفْضَلُ مِنْهَا فِي هٰذَا الْعَشْرِ، قَالُوْا: وَلَا الْجِهَادُ؟ قَالَ: وَلَا الْجِهَادُ، إِلَّا رَجُلٌ يُخَاطِرُ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ، فَلَمْ يَرْجِعْ بِشَيْءٍ.
"Tidak ada amal pada hari-hari, yang lebih utama
daripada amal-amal di sepuluh hari ini." Mereka berkata, "Tidak pula
jihad?" Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda menjawab,
"Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali seorang laki-laki yang berangkat
menghadapi musuh dengan jiwa dan hartanya lalu dia tidak pulang dengan sesuatu
(dari keduanya atau mati syahid)." (HR. al-Bukhari,Shahih
al-Bukhari, no. 969).
Kaum Muslimin Jamaah Shalat Idul Adha Rahimakumullah
Salah satu ibadah utama di hari-hari ini adalah ibadah haji di tanah suci yang merupakan salah satu rukun Islam yang lima. Begitu identiknya haji dengan hari dan bulan ini sehingga orang-orang mengatakan hari raya haji dan bulan haji. Haji adalah ibadah tua seumur bapak para nabi, Ibrahim Alaihissalam. Dialah pembangun Ka'bah baitullah dan setelah itu dia mengumumkan haji ke seluruh penjuru bumi.
Firman Allah Subhanahu Wata’ala :
Salah satu ibadah utama di hari-hari ini adalah ibadah haji di tanah suci yang merupakan salah satu rukun Islam yang lima. Begitu identiknya haji dengan hari dan bulan ini sehingga orang-orang mengatakan hari raya haji dan bulan haji. Haji adalah ibadah tua seumur bapak para nabi, Ibrahim Alaihissalam. Dialah pembangun Ka'bah baitullah dan setelah itu dia mengumumkan haji ke seluruh penjuru bumi.
Firman Allah Subhanahu Wata’ala :
وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلَ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّآ إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina)
dasar-dasar Baitullah bersama Isma'il (seraya berdoa), 'Ya Rabb kami, terimalah
dari kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui'." (Al-Baqarah: 127).
Firman Allah Subhanahu Wata’ala :
Firman Allah Subhanahu Wata’ala :
إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِّلْعَالَمِينَ
"Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk
(tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang
diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia."(Ali
Imran: 96).
Firman Allah Subhanahu Wata’ala :
Firman Allah Subhanahu Wata’ala :
وَأِذِّن فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالاً وَعَلَى كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِن كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ
"Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji,
niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta
yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh." (Al-Hajj:
27).
Kaum Muslimin Jamaah Shalat Idul Adha Rahimakumullah
Salah satu hikmah Allah dalam mensyariatkan ibadah adalah Dia menjadikannya beragam, di mana hal ini bisa dilihat dalam ibadah-ibadah yang merupakan rukun Islam, syahadat merupa-kan ibadah hati karena ia merupakan keyakinan dasar yang kemu-dian dilafazhkan dengan lisan, sementara shalat adalah gerakan jasad, ia merupakan ibadah badani, lain lagi puasa yang merupa-kan sikap menahan diri, lalu zakat yang merupakan ibadah hartawi dan yang kelima adalah haji yang menggabungkan semua sisi dari empat ibadah sebelumnya. Dari sinilah, maka haji termasuk ibadah yang terakhir diwajibkan kepada kaum Muslimin yaitu pada tahun 9 H. Hal ini karena haji memerlukan segala perkara yang diperlukan oleh empat rukun sebelumnya. Ia memerlukan landasan iman yang tertanam dalam syahadat, ia memerlukan tenaga jasmani dan harta yang ada pada shalat dan zakat, dan ia memerlukan sikap menahan diri yang dikandung oleh puasa.
Maka dari itu, ibadah haji sarat dengan nilai-nilai luhur, padat dengan jihad dan pengorbanan, penuh dengan pendidikan dan penempaan diri. Kita menengok kepada syarat wajib haji, ia adalah istitha'ah.
Firman Allah Subhanahu Wata’ala :
Salah satu hikmah Allah dalam mensyariatkan ibadah adalah Dia menjadikannya beragam, di mana hal ini bisa dilihat dalam ibadah-ibadah yang merupakan rukun Islam, syahadat merupa-kan ibadah hati karena ia merupakan keyakinan dasar yang kemu-dian dilafazhkan dengan lisan, sementara shalat adalah gerakan jasad, ia merupakan ibadah badani, lain lagi puasa yang merupa-kan sikap menahan diri, lalu zakat yang merupakan ibadah hartawi dan yang kelima adalah haji yang menggabungkan semua sisi dari empat ibadah sebelumnya. Dari sinilah, maka haji termasuk ibadah yang terakhir diwajibkan kepada kaum Muslimin yaitu pada tahun 9 H. Hal ini karena haji memerlukan segala perkara yang diperlukan oleh empat rukun sebelumnya. Ia memerlukan landasan iman yang tertanam dalam syahadat, ia memerlukan tenaga jasmani dan harta yang ada pada shalat dan zakat, dan ia memerlukan sikap menahan diri yang dikandung oleh puasa.
Maka dari itu, ibadah haji sarat dengan nilai-nilai luhur, padat dengan jihad dan pengorbanan, penuh dengan pendidikan dan penempaan diri. Kita menengok kepada syarat wajib haji, ia adalah istitha'ah.
Firman Allah Subhanahu Wata’ala :
وَللهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلاً وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ اللهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
"Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap
Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.
Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Mahakaya
(tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam." (Ali Im-ran: 97).
Kesanggupan
atau kemampuan di mana dasarnya menurut para ulama adalah kesanggupan
finansial, kesanggupan tenaga dan kesanggupan jalan, untuk mewujudkan semua itu
dibutuhkan usaha yang tidak mudah, lebih tidak mudah lagi manakala harta yang
telah diraih itu, yang merupakan ketergantungan dan kecintaan jiwa, mesti
dirogoh dari kantong untuk membiayai diri, demi rukun Islam yang agung ini,
belum lagi kesiapan jasmani di mana modal utamanya adalah sehat. Dibutuhkan
jihad melawan kecintaan berlebih kepada harta agar jiwa rela dan lapang
mengorbankan-nya demi kebaikan dan kemaslahatan dirinya sendiri. Dibutuhkan
pula jihad melawan kecintaan berlebih kepada sikap santai dan re-hat, sebab
haji memang mengharuskan kelelahan, baik kelelahan per-jalanan dan kelelahan
pelaksanaan.
Kaum Muslimin Jamaah Shalat Idul Adha Rahimakumullah
Kita menengok lebih dalam kepada aturan dan tatanan ma-nasik haji. Kita bisa mendapatkan bahwa ia merupakan pendidikan jihad agar jiwa menghormati dan menghargai batasan-batasan Allah, menahan diri dengan tidak melanggarnya. Seperti kita ketahui, haji ditunaikan dalam keadaan ihram, dan dalam ihram ini terdapat pantangan-pantangan yang harus dijaga, seperti pakaian berjahit, topi atau kopyah, mencukur rambut, memotong kuku, membunuh binatang buruan, memakai minyak wangi, bersetubuh, menikah dan menikahkan. Semua ini adalah perkara-perkara yang harus dijauhi semasa ihram, padahal sebagian darinya adalah perkara yang mungkin dalam pandangan sebagian orang sepele, seperti menutup kepala dengan penutup atau memotong kuku. Sementara sebagian lagi merupakan perkara yang disukai oleh jiwa seperti minyak wangi dan bersetubuh. Akan tetapi semua itu adalah bata-san-batasan Allah yang tidak patut disepelekan atau dipandang sebelah mata.
Kita kembali menengok, aturan-aturan di atas mengakibat-kan sangsi dan hukuman bagi pelanggarnya, mulai dari bersede-kah dan berpuasa, sampai dengan mengalirkan darah dengan me-nyembelih hewan ternak, sebuah pendidikan kedisiplinan dan tanggung jawab serta kesiapan memikul resiko kelalaian dan ke-khilafan, dan itu pun dalam bentuk perbuatan yang kebaikannya kembali kepada diri sendiri atau kepada sesama. Firman Allah Subhanahu Wata’ala :
Kita menengok lebih dalam kepada aturan dan tatanan ma-nasik haji. Kita bisa mendapatkan bahwa ia merupakan pendidikan jihad agar jiwa menghormati dan menghargai batasan-batasan Allah, menahan diri dengan tidak melanggarnya. Seperti kita ketahui, haji ditunaikan dalam keadaan ihram, dan dalam ihram ini terdapat pantangan-pantangan yang harus dijaga, seperti pakaian berjahit, topi atau kopyah, mencukur rambut, memotong kuku, membunuh binatang buruan, memakai minyak wangi, bersetubuh, menikah dan menikahkan. Semua ini adalah perkara-perkara yang harus dijauhi semasa ihram, padahal sebagian darinya adalah perkara yang mungkin dalam pandangan sebagian orang sepele, seperti menutup kepala dengan penutup atau memotong kuku. Sementara sebagian lagi merupakan perkara yang disukai oleh jiwa seperti minyak wangi dan bersetubuh. Akan tetapi semua itu adalah bata-san-batasan Allah yang tidak patut disepelekan atau dipandang sebelah mata.
Kita kembali menengok, aturan-aturan di atas mengakibat-kan sangsi dan hukuman bagi pelanggarnya, mulai dari bersede-kah dan berpuasa, sampai dengan mengalirkan darah dengan me-nyembelih hewan ternak, sebuah pendidikan kedisiplinan dan tanggung jawab serta kesiapan memikul resiko kelalaian dan ke-khilafan, dan itu pun dalam bentuk perbuatan yang kebaikannya kembali kepada diri sendiri atau kepada sesama. Firman Allah Subhanahu Wata’ala :
وَالْبُدْنَ جَعَلْنَاهَا لَكُم مِّن شَعَآئِرِ اللهِ لَكُمْ فِيهَا خَيْرٌ فَاذْكُرُوا اسْمَ اللهِ عَلَيْهَا صَوَآفَّ فَإِذَا وَجَبَتْ جُنُوبُهَا فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْقَانِعَ وَالْمُعْتَرَّ كَذَلِكَ سَخَّرْنَاهَا لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ . لَن يَنَالَ اللهَ لُحُومُهَا وَلاَدِمَآؤُهَا وَلَكِن يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنكُمْ كَذَلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللهَ عَلَى مَاهَدَاكُمْ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ
"Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu
sebagian dari syiar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka
kalian sebutlah nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri
(dan telah terikat). Kemudian apabila telah roboh (mati), maka makanlah
sebagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang
tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan
unta-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur. Daging-daging unta dan
darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi
ketakwaan dari kamulah yang dapat men-capainya. Demikianlah Allah telah
menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayahNya
kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat
baik." (Al-Hajj: 36-37).
Kaum Muslimin Jamaah Shalat Idul Adha Rahimakumullah
Mari kita lihat dan cermati tempat di mana haji ini dilaksa-nakan, sebuah tempat yang berpusat di daerah Haram yang memi-liki hukum-hukum khusus yang berbeda dengan yang lain, salah satunya jika di daerah selainnya keinginan berbuat keburukan belum diperhitungkan, maka berbeda dengan di daerah Haram, ia diperhitungkan bahkan diancam siksa yang pedih. Firman Allah Subhanahu Wata’ala :
Mari kita lihat dan cermati tempat di mana haji ini dilaksa-nakan, sebuah tempat yang berpusat di daerah Haram yang memi-liki hukum-hukum khusus yang berbeda dengan yang lain, salah satunya jika di daerah selainnya keinginan berbuat keburukan belum diperhitungkan, maka berbeda dengan di daerah Haram, ia diperhitungkan bahkan diancam siksa yang pedih. Firman Allah Subhanahu Wata’ala :
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا يَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ الله وَالْمَسْجِدِ الْحَرَامِ الَّذِي جَعَلْنَاهُ لِلنَّاسِ سَوَآءً الْعَاكِفُ فِيهِ وَالْبَادِ وَمَن يُرِدْ فِيهِ بِإِلْحَادٍ بِظُلْمٍ نُّذِقْهُ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ
Dan siapa yang bermaksud di dalamnya melakukan kejahatan
se-cara zhalim, niscaya akan Kami rasakan kepadanya sebagian siksa yang
pedih."(Al-Hajj: 25).
Oleh
karena itu, ayat al-Qur`an yang lain mengajarkan orang yang berhaji agar
menghindari perkara-perkara yang dapat mengu-rangi atau menghapus keutamaan
ibadah haji. Firman Allah Subhanahu Wata’ala :
فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلاَ رَفَثَ وَلاَ فُسُوقَ وَلاَ جِدَالَ فِي الْحَجِّ
"Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu
akan me-ngerjakan haji, maka tidak boleh bersetubuh, berbuat fasik dan
ber-bantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji."
(Al-Baqarah: 197).
Dan
haji yang demikian melebur dosa-dosa pelakunya sehingga dia pulang dalam
keadaan sama dengan pada saat dilahirkan oleh ibunya.
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, ia berkata, aku mendengar Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, ia berkata, aku mendengar Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
مَنْ حَجَّ لله، فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ، رَجَعَ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ.
"Barangsiapa berhaji karena Allah, lalu dia tidak
melakukan berse-tubuh dan tidak melakukan perbuatan fasik, niscaya dia pulang
seperti hari di mana dia dilahirkan oleh ibunya." (Muttafaq 'alaihi, Mukh-tashar
Shahih al-Bukhari, no. 732; dan Mukhtashar Shahih
Muslim, no. 641).
Juga
sabda Nabi a kepada Amr bin al-Ash Radhiallahu ‘Anhu pada saat dia masuk Islam,
أَمَا عَلِمْتَ يَاعَمْرُو! أَنَّ الْإِسْلَامَ يَهْدِمُ مَاكَانَ قَبْلَهُ، وَأَنَّ الْهِجْرَةَ يَهْدِمُ مَاكَانَ قَبْلَهَا، وَأَنَّ الْحَجَّ يَهْدِمُ مَاكَانَ قَبْلَهُ.
"Apakah kamu belum mengetahui wahai Amr, bahwa Islam
meng-hapus apa yang sebelumnya, hijrah menghapus apa yang sebelum-nya, dan haji
menghapus apa yang sebelumnya." (HR. Muslim, Mukhtashar Shahih Muslim,
no. 64).
Kaum Muslimin Jamaah Shalat Idul Adha Rahimakumullah
Kita kembali menengok rangkaian manasik haji: thawaf, sa'i, wukuf, melempar jumrah dan lain-lain. Semua ini merupakan iba-dah-ibadah yang menuntut aktifitas fisik yang melelahkan, berpin-dah dari satu tempat ke tempat lain dengan bertalbiyah, ditambah dengan kepadatan manusia yang memiliki beragam bahasa dan tradisi, berkumpul di satu tempat, di waktu yang sama, ditambah lagi cuaca yang kadang-kadang berbeda jauh dengan cuaca di negeri sendiri. Semua itu tidak jarang menimbulkan problem tersendiri yang menuntut usaha keras dan kesabaran dalam menyikapinya, maka tidak berlebihan jika Rasulullah a mendudukkan haji dalam deretan amalan-amalan utama setelah iman dan jihad di jalan Allah.
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu
Kita kembali menengok rangkaian manasik haji: thawaf, sa'i, wukuf, melempar jumrah dan lain-lain. Semua ini merupakan iba-dah-ibadah yang menuntut aktifitas fisik yang melelahkan, berpin-dah dari satu tempat ke tempat lain dengan bertalbiyah, ditambah dengan kepadatan manusia yang memiliki beragam bahasa dan tradisi, berkumpul di satu tempat, di waktu yang sama, ditambah lagi cuaca yang kadang-kadang berbeda jauh dengan cuaca di negeri sendiri. Semua itu tidak jarang menimbulkan problem tersendiri yang menuntut usaha keras dan kesabaran dalam menyikapinya, maka tidak berlebihan jika Rasulullah a mendudukkan haji dalam deretan amalan-amalan utama setelah iman dan jihad di jalan Allah.
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu
أَنَّ رَسُوْلَ الله صلى الله عليه وسلم سُئِلَ: أَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ؟ فَقَالَ: إِيْمَانٌ بلله وَرَسُوْلِهِ. قِيْلَ: ثُمَّ مَاذَا؟ قَالَ: الْجِهَادُ فِي سَبِيْلِ الله. قِيْلَ: ثُمَّ مَاذَا؟ قَالَ: حَجٌّ مَبْرُوْرٌ.
"Bahwa Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam ditanya
tentang amal apakah yang paling utama? Beliau menjawab, "Iman kepada Allah
dan RasulNya." Be-liau ditanya, "Lalu apa?" Beliau menjawab,
"Jihad di jalan Allah." Beliau ditanya, "Lalu apa?" Beliau
menjawab, "Haji mabrur." (HR. al-Bukhari, Mukhtashar Shahih
al-Bukhari, no. 25).
Tantangan
dalam ibadah haji yang dihadapi dan pengorbanan yang diberikan bertujuan
melatih dan mendidik, ia demi kebaikan dan kemaslahatan yang tidak mungkin
diperinci satu demi satu, akan tetapi yang telah kita ketahui sudah cukup
menyadarkan kita akan hikmah mulia dari ibadah haji. Firman Allah Subhanahu
Wata’ala :
لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللهِ فِي أَيَّامٍ مَّعْلُومَاتٍ عَلَى مَارَزَقَهُم مِّن بَهِيمَةِ اْلأَنْعَامِ فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْبَآئِسَ الْفَقِيرَ
"Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka
dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah diten-tukan atas
rizki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka
makanlah sebagian dari padanya, dan (seba-gian lagi) berikanlah untuk dimakan
orang-orang yang sengsara dan fakir." (Al-Hajj: 28).
Semoga
saudara-saudara kita yang berangkat haji dikaruniai Haji Mabrur yang memberi
pengaruh baik dalam kehidupan dan perilaku mereka, dan bagi saudara-saudara
kita yang belum berang-kat semoga Allah memudahkan jalannya agar mereka juga
bisa me-nyaksikan keagunganNya melalui ibadah yang agung ini.
Kaum Muslimin Jamaah Shalat Idul Adha Rahimakumullah
اللهم صَلِّ على مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اللهم بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ ِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اللهم أَعِزَّ الْإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ. رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا، إِنَّهَا سَاءتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ، وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ. اللهم إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا سَأَلَكَ مِنْهُ نَبِيُّكَ مُحَمَّدٌ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا اسْتَعَاذَ مِنْهُ نَبِيُّكَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَأَنْتَ الْمُسْتَعَانُ، وَعَلَيْكَ الْبَلَاغُ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بلله
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. قُوْمُوْا إِلَى صَلَاتِكُمْ يَرْحَمُكُمُ الله.
( Dikutip dari buku : kumpulan Khutbah Jum’at Pilihan Setahun Edisi Kedua, Darul Haq, Jakarta. Diposting oleh Abu Salim Wandy Hazar )
BERKURBAN DENGAN BENAR (Khutbah Idul
Adha)
Rabu, 04 Nopember 09
Rabu, 04 Nopember 09
Oleh: Kholid Syamhudi, Lc.
إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ الله كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ:
فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ الله وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه و سلم وَشَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ. اللهم صَل عَلَى مُحَمدٍ، وَعَلَى أله وَصَحْبِهِ وَسَلمْ.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Marilah kita bertakwa kepada Allah Subahanahu Wata’la dan bersyukur kepada-Nya atas nikmat-nikmatNya yang diberikan kepada kita, yaitu agama Islam, agama yang telah disempurnakan Allah Ta'ala dan diri-dhaiNya. Dengan Islam, Allah Ta'ala memberikan kenikmatan yang sempurna.
Bersyukurlah atas petunjukNya yang diberikan kepada kita, sedang yang lain masih banyak yang sesat.
Dengan petunjuk Allah Ta'ala , akidah kita menjadi kuat dan kokoh. Dengan petunjukNya amal-amal kita menjadi amal yang sempurna, yang pada akhirnya akan menjadi amalan akhir yang utama.
Ingatlah, bentuk ketakwaan kepada Allah harus direalisasikan dengan menaati segala perintahNya, karena takwa adalah semulia-mulia keadaan seorang hamba, dan takwa adalah sebaik-baik bekal untuk Hari Akhir nanti. Barang siapa yang senantiasa bertakwa, maka dia akan meraih keberuntungan dengan surga-surga yang penuh kenikmatan, dan barang siapa yang jauh dari sifat takwa, maka baginya siksa yang pedih di Neraka Jahanam.
Marilah kita bertakwa kepada Allah Subahanahu Wata’la dan bersyukur kepada-Nya atas nikmat-nikmatNya yang diberikan kepada kita, yaitu agama Islam, agama yang telah disempurnakan Allah Ta'ala dan diri-dhaiNya. Dengan Islam, Allah Ta'ala memberikan kenikmatan yang sempurna.
Bersyukurlah atas petunjukNya yang diberikan kepada kita, sedang yang lain masih banyak yang sesat.
Dengan petunjuk Allah Ta'ala , akidah kita menjadi kuat dan kokoh. Dengan petunjukNya amal-amal kita menjadi amal yang sempurna, yang pada akhirnya akan menjadi amalan akhir yang utama.
Ingatlah, bentuk ketakwaan kepada Allah harus direalisasikan dengan menaati segala perintahNya, karena takwa adalah semulia-mulia keadaan seorang hamba, dan takwa adalah sebaik-baik bekal untuk Hari Akhir nanti. Barang siapa yang senantiasa bertakwa, maka dia akan meraih keberuntungan dengan surga-surga yang penuh kenikmatan, dan barang siapa yang jauh dari sifat takwa, maka baginya siksa yang pedih di Neraka Jahanam.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Ingatlah akan karunia Allah Subhanahu Ta'ala yang agung, yaitu diutusnya Rasulullah Sallallahu 'Alahi Wasallam dengan membawa kitab yang mulia dan syari'at yang sempurna yang mencakup seluruh aspek kehidupan. Tidak cukup hanya itu saja, bahkan Allah menjadikan umat islam sebagai umat terbaik yang dikeluarkan untuk seluruh manusia.
Allah Subhanahu Wata'ala telah membangun agama kalian ini di atas lima rukun, yaitu bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah me-lainkan Allah semata dan bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusanNya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa Rama-dhan dan melaksanakan haji ke Baitullah al-Haram.
Ibadah haji ini dilakukan oleh kaum Muslimin di bulan haji, dan di antaranya adalah hari ini. Hari di mana kaum Muslimin menjalankan ibadah yang besar dalam ritual haji, seperti melempar jumrah kubra, menyembelih beberapa korban, mencukur rambut, kemudian thawaf di sekeliling Ka'bah, sa'i antara Shafa dan Marwa. Sedangkan kaum Muslimin yang tidak menunaikan haji, mereka bertakbir dengan suara yang tinggi.
Ingatlah akan karunia Allah Subhanahu Ta'ala yang agung, yaitu diutusnya Rasulullah Sallallahu 'Alahi Wasallam dengan membawa kitab yang mulia dan syari'at yang sempurna yang mencakup seluruh aspek kehidupan. Tidak cukup hanya itu saja, bahkan Allah menjadikan umat islam sebagai umat terbaik yang dikeluarkan untuk seluruh manusia.
Allah Subhanahu Wata'ala telah membangun agama kalian ini di atas lima rukun, yaitu bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah me-lainkan Allah semata dan bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusanNya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa Rama-dhan dan melaksanakan haji ke Baitullah al-Haram.
Ibadah haji ini dilakukan oleh kaum Muslimin di bulan haji, dan di antaranya adalah hari ini. Hari di mana kaum Muslimin menjalankan ibadah yang besar dalam ritual haji, seperti melempar jumrah kubra, menyembelih beberapa korban, mencukur rambut, kemudian thawaf di sekeliling Ka'bah, sa'i antara Shafa dan Marwa. Sedangkan kaum Muslimin yang tidak menunaikan haji, mereka bertakbir dengan suara yang tinggi.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, La ilaha illallah
Wallahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil Hamd.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Hari yang mulia ini disebut Idul Adha, diambil dari kata Udh-hiyah, yaitu binatang ternak yang disembelih untuk mendekatkan diri kepada Allah dari hari raya kurban sampai akhir Hari Tasyriq. Ada juga yang menyatakan kata ini diambil dari kata (الضَّحْوَةُ) karena pelaksanaannya dilakukan di awal waktu yaitu waktu dhuha.
Al-Udhhiyah (kurban) disyariatkan berdasarkan dalil al-Qur`an, as-Sunnah dan Ijma' .
Dari Al-Qur`an adalah Firman Allah Subhanahu Wata'ala :
Hari yang mulia ini disebut Idul Adha, diambil dari kata Udh-hiyah, yaitu binatang ternak yang disembelih untuk mendekatkan diri kepada Allah dari hari raya kurban sampai akhir Hari Tasyriq. Ada juga yang menyatakan kata ini diambil dari kata (الضَّحْوَةُ) karena pelaksanaannya dilakukan di awal waktu yaitu waktu dhuha.
Al-Udhhiyah (kurban) disyariatkan berdasarkan dalil al-Qur`an, as-Sunnah dan Ijma' .
Dari Al-Qur`an adalah Firman Allah Subhanahu Wata'ala :
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
"Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan
berkurbanlah." (Al-Kautsar: 2).
Ibnu
Katsir dan yang lainnya berkata, 'Yang benar, yang di-maksud dengan an-Nahr di
sini adalah menyembelih kurban, yaitu menyembelih hewan-hewan sembelihan
(Tafsir Ibnu Katsir, juz 4/ 558).
Sedangkan dari as-Sunnah adalah perbuatan Nabi yang diriwayatkan oleh Anas radiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Sallallahu 'Alahi Wasallam :
Sedangkan dari as-Sunnah adalah perbuatan Nabi yang diriwayatkan oleh Anas radiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Sallallahu 'Alahi Wasallam :
كَانَ يُضَحِّي بِكَبْشَيْنِ أَقْرَنَيْنِ أَمْلَحَيْنِ وَكَانَ يُسَمِّي وَيُكَبِّرُ.
"Beliau menyembelih dua ekor kambing bertanduk dan
gemuk, dan beliau membaca bismilah dan bertakbir."
(Muttafaq 'alaihi), demi-kian juga hal ini sudah disepakati oleh kaum Muslimin
dari zaman Nabi a sampai sekarang.
Ibnu
Hajar rahimhullah menyatakan, "Dan tidak ada perselisihan pendapat bahwa
kurban itu termasuk syiar agama."
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Allah mensyariatkan kurban untuk mewujudkan hikmah-hikmah berikut:
Pertama: Mencontoh Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam yang diperintahkan untuk menyembelih buah hatinya, lalu ia meyakini kebenaran mimpi yang dia lihat sehingga melaksanakannya, ia pun membaringkan anaknya di atas pelipisnya untuk disembelih, maka pada saat itu Allah memanggilnya dan menggantikan Ismail dengan sembelihan yang besar. Mahabenar Allah, ketika berfirman :
Allah mensyariatkan kurban untuk mewujudkan hikmah-hikmah berikut:
Pertama: Mencontoh Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam yang diperintahkan untuk menyembelih buah hatinya, lalu ia meyakini kebenaran mimpi yang dia lihat sehingga melaksanakannya, ia pun membaringkan anaknya di atas pelipisnya untuk disembelih, maka pada saat itu Allah memanggilnya dan menggantikan Ismail dengan sembelihan yang besar. Mahabenar Allah, ketika berfirman :
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَابُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَاأَبَتِ افْعَلْ مَاتُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَآءَ اللهُ مِنَ الصَّابِرِينَ . فَلَمَّآ أَسْلَمَ وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ .. وَنَادَيْنَاهُ أَن يَآإِبْرَاهِيمُ . قَدْ صَدَّقْتَ الرُّءْيَآ إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ . إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلآؤُا الْمُبِينُ . وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ . وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي اْلأَخِرِينَ
"Maka tatkala anak itu sampai (pada umur
sanggup) berusaha ber-sama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, 'Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, maka pikir-kanlah apa pendapatmu!' Ia menjawab, 'Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan menda-patiku termasuk orang-orang yang sabar.' Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya di atas pelipis-(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia, 'Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu,' sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar'." (Ash-Shaffat:102-107).
sanggup) berusaha ber-sama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, 'Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, maka pikir-kanlah apa pendapatmu!' Ia menjawab, 'Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan menda-patiku termasuk orang-orang yang sabar.' Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya di atas pelipis-(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia, 'Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu,' sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar'." (Ash-Shaffat:102-107).
Dalam
penyembelihan kurban, terdapat upaya menghidup-kan sunnah ini, dan menyembelih
sesuatu dari pemberian Allah untuk manusia adalah ungkapan syukur kepada
Pemilik dan Pem-beri kenikmatan. Syukur yang tertinggi adalah kemurnian
ketaatan dengan mengerjakan seluruh perintahNya.
Kedua : Memberikan kecukupan kepada orang lain di hari Id, karena ketika seorang Muslim menyembelih kurbannya maka ia telah mencukupkan diri dan keluarganya, dan ketika mengha-diahkan sebagiannya untuk teman, tetangga dan kerabatnya, maka dia telah mencukupi mereka, serta ketika bersedekah dengan seba-giannya kepada para fakir miskin dan orang yang membutuhkannya, maka ia telah mencukupkan mereka dari meminta-minta pada hari yang menjadi hari bahagia dan senang tersebut.
Kedua : Memberikan kecukupan kepada orang lain di hari Id, karena ketika seorang Muslim menyembelih kurbannya maka ia telah mencukupkan diri dan keluarganya, dan ketika mengha-diahkan sebagiannya untuk teman, tetangga dan kerabatnya, maka dia telah mencukupi mereka, serta ketika bersedekah dengan seba-giannya kepada para fakir miskin dan orang yang membutuhkannya, maka ia telah mencukupkan mereka dari meminta-minta pada hari yang menjadi hari bahagia dan senang tersebut.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Demikian agungnya hikmah pensyariatan kurban ini, sehingga Allah menetapkan waktu penyembelihannya dari setelah shalat Id di hari raya kurban sampai matahari terbenam pada akhir Hari Tasyriq, yaitu tanggal 13 Dzulhijjah. Sehingga hari penyembelihan adalah empat hari, baik di waktu siang ataupun malam; satu hari di hari raya kurban setelah shalat Id dan tiga hari setelahnya. Barang siapa menyembelih kurbannya sebelum selesai shalat Id atau sete-lah matahari terbenam tanggal 13 Dzulhijjah, maka tidak sah, tetapi dianggap sedekah biasa.
Demikian agungnya hikmah pensyariatan kurban ini, sehingga Allah menetapkan waktu penyembelihannya dari setelah shalat Id di hari raya kurban sampai matahari terbenam pada akhir Hari Tasyriq, yaitu tanggal 13 Dzulhijjah. Sehingga hari penyembelihan adalah empat hari, baik di waktu siang ataupun malam; satu hari di hari raya kurban setelah shalat Id dan tiga hari setelahnya. Barang siapa menyembelih kurbannya sebelum selesai shalat Id atau sete-lah matahari terbenam tanggal 13 Dzulhijjah, maka tidak sah, tetapi dianggap sedekah biasa.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Ketahuilah, satu kurban berupa kambing, cukup sah untuk satu orang dan ahli baitnya (keluarganya), sebagaimana dilakukan Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam ketika menyembelih kurbannya, beliau bersabda :
Ketahuilah, satu kurban berupa kambing, cukup sah untuk satu orang dan ahli baitnya (keluarganya), sebagaimana dilakukan Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam ketika menyembelih kurbannya, beliau bersabda :
اللهم تَقَبَّلْ عَنْ مُحَمَّدٍ وأل مُحَمَّدٍ وَمِنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ.
"Ya Allah, terimalah dari Muhammad dan keluarga
Muhammad dan umat Muhammad."
Sepertujuh
unta atau sapi, bisa mencukupi untuk satu orang. Seandainya seorang Muslim
menyembelih sepertujuh unta atau sapi untuknya dan keluarganya, maka itu sah,
dan seandainya tujuh orang berserikat menyembelih kurban atau hadyu seekor unta
atau seekor sapi, maka hal itu pun sah.
ِ
ِ
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Disunnahkan bagi orang yang berkurban untuk memakan sebagian hewan kurbannya, menghadiahkan dan bersedekah, namun paling utama adalah memakan sepertiga, menyedekahkan (atau menghadiahkan) sepertiga, dan menyimpan sepertiga untuk keluar-ganya.
Nabi Sallallahu 'Alahi Wasallam bersabda :
Disunnahkan bagi orang yang berkurban untuk memakan sebagian hewan kurbannya, menghadiahkan dan bersedekah, namun paling utama adalah memakan sepertiga, menyedekahkan (atau menghadiahkan) sepertiga, dan menyimpan sepertiga untuk keluar-ganya.
Nabi Sallallahu 'Alahi Wasallam bersabda :
كُلُوْا وَأَطْعِمُوْا وَادَّخِرُوْا.
"Makanlah (sebagian), berikanlah makan (dengannya
kepada yang membutuhkan), dan simpanlah (sebagian)."
Tidak
ada perbedaan pendapat dalam kebolehan memakan dan menghadiahkan sebagian
daging kurban antara kurban yang sunnah dan yang wajib, dan juga tidak ada
perbedaan antara kurban untuk orang hidup, orang mati atau wasiat.
Namun perlu diketahui, bahwa menjual bagian dari hewan kurban tersebut adalah dilarang, baik dagingnya, kulitnya, atau bulunya dan tidak boleh juga memberi jagalnya sebagian dari hewan kurban tersebut sebagai upah penyembelihan, karena hal itu ber-makna jual beli.
Namun perlu diketahui, bahwa menjual bagian dari hewan kurban tersebut adalah dilarang, baik dagingnya, kulitnya, atau bulunya dan tidak boleh juga memberi jagalnya sebagian dari hewan kurban tersebut sebagai upah penyembelihan, karena hal itu ber-makna jual beli.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Perlu diperhatikan dengan baik-baik, bahwa kurban memiliki beberapa syarat sah yang harus dipenuhi, yaitu:
Pertama : Hewan kurbannya berupa binatang ternak, yaitu unta, sapi dan kambing, baik domba atau kambing biasa.
Kedua : Usia yang dituntut syariat adalah domba minimal berusia setengah tahun, sedangkan kambing biasa minimal berusia setahun penuh dan sapi minimal berusia dua tahun.
Ketiga : Bebas dari aib yang mencegah keabsahannya, yaitu :
1. Buta sebelah yang nampak.
2. Sakit yang nampak.
3. Pincang yang nampak.
4. Kurus sekali, tidak punya sumsum tulang.
Termasuk dalam hukum ini adalah aib-aib yang serupa atau lebih dari itu, sehingga tidak sah berkurban dengan hewan ternak yang buta kedua matanya, kedua tangan dan kakinya putus, dan lumpuh.
Keempat : Hewan kurban tersebut milik orang yang berkurban atau diperbolehkan (diizinkan) baginya untuk berkurban dengan-nya. Maka tidak sah berkurban dengan hewan hasil rampok dan mencuri, hewan milik dua orang yang berserikat kecuali dengan izin teman serikatnya tersebut.
Kelima : Tidak tersangkut dengan hak orang lain. Maka tidak sah berkurban dengan hewan gadai dan hewan warisan sebelum dibagi-bagi warisannya.
Keenam : Penyembelihan kurbannya harus terjadi pada waktu yang telah ditentukan syariat. Jika disembelih sebelum atau sesu-dah waktu tersebut, maka tidak sah.
Sudah menjadi keharusan untuk senantiasa memperhatikan tata cara dan ketentuan syariat Islam agar kita dapat mengagung-kan syiarnya dengan benar dan pas.
Demikianlah beberapa ketentuan dalam berkurban, mudah-mudahan Allah menerima kurban kita semua, dan memudahkan yang belum berkurban untuk berkurban di tahun-tahun mendatang.
Perlu diperhatikan dengan baik-baik, bahwa kurban memiliki beberapa syarat sah yang harus dipenuhi, yaitu:
Pertama : Hewan kurbannya berupa binatang ternak, yaitu unta, sapi dan kambing, baik domba atau kambing biasa.
Kedua : Usia yang dituntut syariat adalah domba minimal berusia setengah tahun, sedangkan kambing biasa minimal berusia setahun penuh dan sapi minimal berusia dua tahun.
Ketiga : Bebas dari aib yang mencegah keabsahannya, yaitu :
1. Buta sebelah yang nampak.
2. Sakit yang nampak.
3. Pincang yang nampak.
4. Kurus sekali, tidak punya sumsum tulang.
Termasuk dalam hukum ini adalah aib-aib yang serupa atau lebih dari itu, sehingga tidak sah berkurban dengan hewan ternak yang buta kedua matanya, kedua tangan dan kakinya putus, dan lumpuh.
Keempat : Hewan kurban tersebut milik orang yang berkurban atau diperbolehkan (diizinkan) baginya untuk berkurban dengan-nya. Maka tidak sah berkurban dengan hewan hasil rampok dan mencuri, hewan milik dua orang yang berserikat kecuali dengan izin teman serikatnya tersebut.
Kelima : Tidak tersangkut dengan hak orang lain. Maka tidak sah berkurban dengan hewan gadai dan hewan warisan sebelum dibagi-bagi warisannya.
Keenam : Penyembelihan kurbannya harus terjadi pada waktu yang telah ditentukan syariat. Jika disembelih sebelum atau sesu-dah waktu tersebut, maka tidak sah.
Sudah menjadi keharusan untuk senantiasa memperhatikan tata cara dan ketentuan syariat Islam agar kita dapat mengagung-kan syiarnya dengan benar dan pas.
Demikianlah beberapa ketentuan dalam berkurban, mudah-mudahan Allah menerima kurban kita semua, dan memudahkan yang belum berkurban untuk berkurban di tahun-tahun mendatang.
اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آل مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آل إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللهم أَعِزَّ الْإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ, وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَدَمِّرِ اللهم أَعْدَاءَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ, اللهم اجعل هذا الْبَلَدَ آمِنًا مُطْمَئِنًّا وَسَائِرَ بِلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ. اللهم إِنَّا نَسْأَلُكَ فَوَاتِحَ الْخَيْرِ وَخَوَاتِمَهُ وَجَوَامِعَهُ، وَأَوَّلَهُ وَآخِرَهُ، وَظَاهِرَهُ وَبَاطِنَهُ، وَنَسْأَلُكَ الدَّرَجَاتِ الْعُلاَ مِنَ الْجَنَّةِ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. اللهم أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِ الْمُسْلِمِيْنَ وَوَحِّدْ صُفُوْفَهُمْ وَاجْمَعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الْحَقِّ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.
اللهم أعنا وَلاَ تُعِنْ عَلَيْنَا وَانْصُرْنَا وَلاَ تَنْصُرْ عَلَيْنَا وَامْكُرْ لَنَا وَلاَ تَمْكُرْ عَلَيْنَا, وَاهْدِنَا وَيَسِّرِ الْهُدَى لَنَا، وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ بَغَى عَلَيْنَا. اللهم اجْعَلْنَا لَكَ ذَاكِرِيْنَ لَكَ شَاكِرِيْنَ لَكَ مُخْبِتِيْنَ لَكَ أَوَّاهِيْنَ مُنِيْبِيْنَ. اللهم تَقَبَّلْ تَوْبَتَنَا وَاغْسِلْ حَوْبَتَنَا وَثَبِّتْ حُجَّتَنَا وَسَدِّدْ اَلْسِنَتَنَا وَاسْلُلْ سَخِيْمَةَ قُلُوْبِنَا. اللهم اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ. اللهم لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، وَلاَ دَيْنًا إِلاَّ قَضَيْتَهُ، وَلاَ مَرِيْضًا إِلاَّ شَفَيْتَهُ، وَلاَ مُبْتَلاً إِلاَّ عَافَيْتَهُ. اللهم وَفِّقْ إِمَامَنَا لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى، اللهم وَفِّقْهُ اللهمرَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
إِنَّ الله يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ فَاذْكُرُوْا الله يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ الله أَكْبَرُ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ.
( Dikutip dari buku : kumpulan Khutbah Jum’at Pilihan Setahun Edisi Kedua, D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar